35.000,00
Directed by Anggun Priambodo, 99 minutes
Kehidupan domestik tak lagi sakral dalam Rocket Rain. Pernikahan, perceraian, dan segala konsekuensinya diungkapkan segamblang-gamblangnya. Adalah Culapo dan Jansen yang menjadi avatar bagi para lelaki (juga perempuan) yang gundah dan gelisah di seluruh nusantara. Sepanjang film kita melihat keduanya curhat berdua setiap malam, kadang berkeluh kesah, tentang pernikahan, tentang merawat anak, tentang menghadapi keluarga besar. Siangnya mereka melakoni petualangan sureal bersama Pak Kancil dan Rain. Tokoh pertama menjadi tokoh laki-laki yang berhasil menjalani perannya sebagai laki-laki dan suami idaman istri, tokoh kedua mewakili hasrat tanpa batas yang Culapo dan Jansen sukar temukan dalam kehidupan pernikahan masing-masing.
Rocket Rain menjadi begitu berharga karena jarak yang mereka tebas terkait topik-topik ‘serius’ ini, membuka renungan bahkan diskusi yang jujur tentang kehidupan rumah tangga. Tentunya vital dalam kasus ini pendekatan estetis Anggun Priambodo yang menolak untuk dibatasi pakem-pakem film. Logika sebab-akibat dinisbikan, realita film diacak-acak, perspektif dibolak-balik. Bukankah perenungan terbaik seringkali datang dari perspektif berbeda dari yang sudah-sudah? Rocket Rain juga terhitung film langka dalam khazanah sinema Indonesia, karena bisa dengan asyik membicarakan maskulinitas laki-laki tanpa harus mengorbankan gender-gender lainnya sebagai lelucon.
CAST-CREW
DIRECTOR | SCRIPWRITER Tumpal Tampubolon |
Anggun Priambodo | CAST |
PRODUCER Meiske Taurisia | Narpati Awangga |
CO-PRODUCER Amir Pohan, | Rain Chudori |
Sari Mochtan | Maya Norman |