35.000,00
Tak ada yang pasti dalam Another Trip to the Moon. Ismail Basbeth dan kawan-kawan mendesain dunia mereka sendiri, dengan realita dan logikanya sendiri pula. Ada gadis-gadis berkostum purba, ada anjing-setengah-manusia, ada UFO melintas sesuka hati. Pada paruh awal film kita mendapati pemandangan kehidupan ala pra-sejarah; insan-insan berburu ikan di sungai, mencari kayu di hutan, masak di api unggun. Pada paruh akhir film kita mengintip potongan-potongan kehidupan domestik dalam sebuah rumah modern dengan aksesoris Jawa; istri melayani suami, suami asyik sendiri, istri merawat anak.
Basbeth sadar betul bahwa sinema adalah realita bentukan—bahwasanya ketika pembuat film merekam subjek yang sangat riil sekalipun, pada akhirnya subjek itu tetap dibingkai dalam perspektif yang pembuat film inginkan. Realita film tidak akan pernah setara dengan realita kita. Realita yang lentur ini memungkinkan penjelajahan estetis seliar-liarnya—legenda nusantara mash up dengan ikon-ikon budaya pop. Alhasil, yang biasa menjadi luar biasa, yang luar biasa menjadi biasa. Another Trip to the moon bisa jadi adalah eksplorasi audiovisual paling imajinatif dalam sepuluh tahun terakhir sinema Indonesia.
DIRECTOR | Ismail Basbeth |
CAST | Tara Basro |
Cornelio Sunny | Ratu Anandita |
Mila Rosinta Totoatmojo | Endang Sukeksi |
PRODUCER | Ismail Basbeth |
Andi Pulung Waluyo | Suryo Adho Wiyogo |
CINEMATOGRAPHY | Satria Kurnianto |
EDITOR | Dwi Agus Purwanto |
15.000,00
Tentang hubungan antara seorang wanita dan seorang pria. Seberapa lama hubungan itu, tidak ada satupun yang bisa memprediksi. Dalam sebuah hubungan pasti ada rintangan yang tak terduga dan bisa merusak hubungan dalam sekejap ,seperti kebiasaan buruk! Ini cerita sederhana yang banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
DIRECTOR | Bambang 'Ipoenk' K.M |
D.O.P | Yopi Kurniawan |
EDITOR | Fajar K. Effendi |
ART DIRECTOR | Deki Yudhanto |
SOUND DIRECTOR | Endro Gusmoro |
PRODUCER | Elida Tamalagi, Bambang Kuntara Murti |
CAST | Riva Aulia Rais |
Nindya Paramitha |
35.000,00
Directed by Anggun Priambodo, 99 minutes
Kehidupan domestik tak lagi sakral dalam Rocket Rain. Pernikahan, perceraian, dan segala konsekuensinya diungkapkan segamblang-gamblangnya. Adalah Culapo dan Jansen yang menjadi avatar bagi para lelaki (juga perempuan) yang gundah dan gelisah di seluruh nusantara. Sepanjang film kita melihat keduanya curhat berdua setiap malam, kadang berkeluh kesah, tentang pernikahan, tentang merawat anak, tentang menghadapi keluarga besar. Siangnya mereka melakoni petualangan sureal bersama Pak Kancil dan Rain. Tokoh pertama menjadi tokoh laki-laki yang berhasil menjalani perannya sebagai laki-laki dan suami idaman istri, tokoh kedua mewakili hasrat tanpa batas yang Culapo dan Jansen sukar temukan dalam kehidupan pernikahan masing-masing.
Rocket Rain menjadi begitu berharga karena jarak yang mereka tebas terkait topik-topik ‘serius’ ini, membuka renungan bahkan diskusi yang jujur tentang kehidupan rumah tangga. Tentunya vital dalam kasus ini pendekatan estetis Anggun Priambodo yang menolak untuk dibatasi pakem-pakem film. Logika sebab-akibat dinisbikan, realita film diacak-acak, perspektif dibolak-balik. Bukankah perenungan terbaik seringkali datang dari perspektif berbeda dari yang sudah-sudah? Rocket Rain juga terhitung film langka dalam khazanah sinema Indonesia, karena bisa dengan asyik membicarakan maskulinitas laki-laki tanpa harus mengorbankan gender-gender lainnya sebagai lelucon.
CAST-CREW
DIRECTOR | SCRIPWRITER Tumpal Tampubolon |
Anggun Priambodo | CAST |
PRODUCER Meiske Taurisia | Narpati Awangga |
CO-PRODUCER Amir Pohan, | Rain Chudori |
Sari Mochtan | Maya Norman |